Sabtu, 24 November 2012

Novel (1...) 25 desember 2012 (tuju)

Sebuah nyanyian yang terdengar begitu jelas diantara rongga-rongga radio cawang yang telah terbiasa menjadi teman seorang pemuda  yang tiap harinya hanya duduk diantara pohon yang dijadikan rumah pohon baginya....

Menunggu setiap hari akan datang kembalinya seorang teman yang telah hilang diantara lautan lepas yang tiap hari ia pandangi dengan harapan kembalinya teman dengan perahu kecil yang mereka buat untuk mengarungi lautan lepas dulu..

Terbayang akan wajah teman yang telah terbiasa menemani dalam berbagai hal.....
diantara lautan yang terlalu biru itu, diatas bukit yang terjal itu dan dilorong-lorong bukit batuan yang menjalur diatas pantai bagaikan tembok penghalang ombak-ombak dari lautan biru itu...

"Blue sea" kata yang slalu teringat didalam angan pemuda itu.... Marwan namanya...
Sesosok pemuda yang hanya ingin merasakan kebebasan dengan sebagian hal extream yang ia lakukan dulu bersama temannya Elhan...

Karna sekarang hanya bisa duduk diantara kayu-kayu pohon yang ia sulap jadi rumah kecil untuknya memandang bagaimana teman baiknya hilang termakan blue sea itu..

Mungkin ia benci atau hanya tertatap pada masa lalu yang kian hari menjadi ingatannya...

Suara-suara itu masih jelas terdengar dalam telinga "tolong Man.. tolong Man" selalu memanggilnya seakan sudah merasuk pada pikiran kosongnya...

Walau radio cawang hanya mendendangkan lagu yang tiap hari dia dengar bersama Elhan tapi tak akan membantunya menahan kerasnya pagilan minta tolong yang slalu memanggilnya...

"Sendiri"..............

14 Hari sebelumnya......

Kaki-kaki kuan melompat diantara batuan terjal diantara pantai yang tak ternama dan tak diketahui banya manusia disana hanya ada Marwan dan Elhan yang tiap harinya berlali mencari kebebasan...

"trap... trap... trap" sandal gunung yang sudah terlalu lama mereka pakai...
"ayo Man" Elhan berkata dengan turus berlari...
"ayoo... hehe... capek wan ... terlalu tinggi batuan yang kita lompati "
"kenapa? kamu gak kuat Man? payahhh "

Marwan pun mencoba berhenti mengambil nafas dengan dada yang begitu cepat bergetak seakan jantungnya ingin meletus karna lelahnya "hahhh hahhh hahhh cepek" menempelkan badanya disalah satu batu yang menjulang itu... dia hanya melihat Elhan yang terus berlari dan berimajinasi di punggung temannya itu seperti terdapat dua sayap yang membantunya terus melompat diantara batuan ini...

"Lelah".....

Terlepas pandangan seorang teman dari mata Marwan....
"Han.... Han... Dimana kamu Hannnn??????" Berteriak dengan kuat sampai urat dileher yang terlihat begitu jelas... terus memanggi dan memanngil.... dia takut seakan dia tertinggal oleh kawannya. Semakin hilang dan hilang. Dia pasrah hanya bisa bersandar pada batuan tanpa bisa mengejar temannya.

"hahahahaha.." ketawaan yang begitu keras diatas batu yang menjadi sandaran Marwan
"kamu kenapa Wan, hehe gak mungkin lah aku ninggalin sahabat ini, aku kan slalu bersamamu hehe"

"ah kamu Han selalu buat orang hilang kendali, takut ni disini sendirian... rasanya sudah saatnya kita balik" tuturan dari Marwan dengan hati yang berkata "sialan, ngapain aku ditinggal awas ajah ntar"

Keduanya pun beranjak pulang mangitari pulau untuk kembali ke desa mereka.. sebuah tempat yang hanya terdapat begitu banyak nelayan yang tiap harinya berurusan dengan ikan-ikan dilaut....

Tempat yang baunya seperti lemon busuk dicampur dengan bakaran ikan busuk... begitu amis seakan desa itu semua keadaan tak terawat bagaimana warga disitu bisa membuang sampah ikan busak dengan benar bukan hanya tergeletak disepanjang desa...

"kuburan ikan"

Meraka selalu mengatakan demikian tapi bagaimanapun tempat itu begitu indah sebelum sesosok hati nurani mereka akan kehidupan hilang diterjang ombak waktu itu...

sebuah ombak yang berusaha menghancurkan segala hal yang ada disitu. Seperti Tsunami tapi hanya gelombang yang berdiri sejajar dengan ketinggian hampir seatas atap rumah kepala desa. Semua hancur tanpa korban karna warga telah berlari bersembungi diatas bukit belakang desa itu.

Hanya suara teriakan yang begitu ramai terdengar telinga dan suara langkah-langkah lari warga saat itu.

Sejak saat itulah semua hal yang membuat mereka terima kasih terhadap alam telah lenyap seperti hati yang tertabrak ombak yang begitu besar. Kejadian dimana Elhan dan Marwan masi dalam kandungan tanpa melihat kejadian yang telah menghancurkan semua baik kapal, rumah serta tempat yang dulu warga jadikan lahan pertanian.

"hancur"

Elhan dan Marwan yang saat ini berusia 17 tahun  hanya mendengar cerita-cerita itu dari para petuah yang enggan kembali mencintai lautan lepas itu...

Tapak kaki dua pemuda ini pun terlihat begitu banyak diantara pantai saat meraka kembali ke desa dari batuan tadi  dan di ujung lautan terlihat sebuah mega merah yang mulai ngantuk dan ingin bersembunyi dari pandangan kedua anak ini dan kedua anak ini duduk sambal melihat lautan dalam keadaan merah itu... seperti lautan darah.

"Wan tau gak sepertinya aku ingin pergi ke sana" hanya lautan lepas yang Elhan tunjuk
"Ngapain Han? sepertinya kita aman disini... disana begitu banyak ombak tinggi yang kata petuah bisa menghancurkan kita"
"Kenapa? aku ingin berlari bukan hanya disini ... ingin mendaki bukan hanya diantara gunung dibelakang hutan desa kita dan ingin tenang bukan hanya diantara lubang batuan yang tiap hari kita kunjungi" Semangat Elhan terus melaju baginya itu harus terwujud.
"iah Han, Ayo kita  pergi aku juga sudah muak dengan desa yang begitu asing baunya mungkin bagi orang-orang yang jauh disana "Blue Sea"
"Iahh Man "Elhan  Sambil tersenyum memandang mega merang yang seakan mau lenyap
"Ayo pulang... bukan saatnya kita disini ntar kita dicari warga, dikira hilang diantara lautan hehehe"
"Hehe iah wan, terlalu banyak bercanda kau ini"

"tertawa"........

Mereka pun kembali kedesa dengan langkah yang begitu biasa, bagi mereka elegan karna mereka sendiri yang merasa walau warga di desa selalu acuh dengan apa yang kedua pemuda ini lakukan.


persambung.............




Tidak ada komentar:

Posting Komentar